BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kurikulum
merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang
disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum terintegrasi filsafat,
nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para
ahli pendidikan/ ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat
pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Rancangan ini
disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam
proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan
oleh siswa sendiri, keluarga, maupun masyarakat.
Kelas merupakan tempat untuk melaksanakan dan
menguji kurikulum. Di sana semua konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode,
alat, dan kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan, yang akan mewujudkan
bentuk kurikulum yang nyata dan hidup. Perwujudan konsep, prinsip, dan
aspek-aspek kurikulum tersebut seluruhnya terletak pada guru. Oleh karena itu,
gurulah pemegang kunci pelaksana, penilai, dan pengembang kurikulum
sesungguhnya. Suatu kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi, dan menjadi
pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntutan
dan tantangan perkembangan masyarakat.?
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas maka adapun rumusan masalah dari makalah ini
adalah
a.
Bagaimanakah
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum?
b.
Siapakah pihak
yang terlibat dalam pengembangan kurikulum?
c.
Factor apakah
yang mempengaruhi pengembangan kurikulum?
d.
Apakah hambatan
pengembangan kurikulum?
e.
Bagaimanakah
model-model pengembangan kurikulum?
1.3
TUJUAN PENULISAN
Dari rumusan masalah diatas maka adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah:
a.
Untuk
menjelaskan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
b.
Untuk
menjelaskan pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum
c.
Untuk
menjelaskan faktor yang mempengaruhi
pengembangan kurikulum
d.
Untuk
menjelaskan hambatan pengembangan kurikulum
e.
Untuk
menjelaskan model-model pengembangan kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Prinsip-Prinsip
Pengembangan Kurikulum
Kurikulum
merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang
disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum terintegrasi filsafat,
nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para
ahli pendidikan/ ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat
pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Rancangan ini
disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam
proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan
oleh siswa sendiri, keluarga, maupun masyarakat.
Kelas merupakan tempat untuk melaksanakan dan
menguji kurikulum. Di sana semua konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode,
alat, dan kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan, yang akan mewujudkan
bentuk kurikulum yang nyata dan hidup. Perwujudan konsep, prinsip, dan
aspek-aspek kurikulum tersebut seluruhnya terletak pada guru. Oleh karena itu,
gurulah pemegang kunci pelaksana, penilai, dan pengembang kurikulum sesungguhnya.
Suatu kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi, dan menjadi pedoman bagi
pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntutan dan
tantangan perkembangan masyarakat.http://ngeklik.com/?id=akhyar25
1.
Prinsip-Prinsip Umum
Ada
bebrapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum. Pertama, prinsip relevansi. Ada dua macam relevansi yang
harus dimiliki kurikulum, yaitu relevan ke luar dan relevansi di dalam
kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar maksudnya tujuan, isi, dan proses
belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan,
dan perkembangan masyarakat. Kurikulum menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan
bekerja dalam masyarakat. Apa yang tertuang dalam kurikulum hendaknya
mempersiapkan siswa untuk tugas tersebut. Kurikulum bukan hanya menyiapkan anak
untuk kehidupannya sekarang tetapi juga yang akan datang. Kurikulum juga harus
memiliki relevansi di dalam yaitu ada
kesesuaian atau konsisten antara komponen-komponen kurikulum, yaitu
antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan
penilaian. Relevansi internal ini menunjukkan suatu keterpaduan
kurikulum.
Prinsip kedua adalah fleksibilitas, kurikulum hendaknya memilih sifat lentur atau
fleksibel. Kurikulum mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan
datang, di sini dan ditempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan
kemampuan yang berbeda. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi
hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya
penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan
latar belakang anak.
Prinsip ketiga adalah kontinuitas yaitu kesinambungan. Perkembangan dan proses belajar
anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau
berhenti-henti. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan
kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas, dengan
kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, juga
antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan. Pengembangan kurikulum perlu
dilakukan serempak bersama-sama, perlu selalu ada komunikasi dan kerja sama
antara para pengembang kurikulum sekolah dasar dengan SMTP, SMTA, dan Perguruan
Tinggi.
Prinsip keempat adalah praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan
biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efisiensi. Betapapun
bagus dan idealnya suatu kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian dan
peralatan yang sangat khusus dan mahal pula biayanya, maka kurikulum tersebut
tidak praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu
dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya,
alat, maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis.
Prinsip kelima adalah efektivitas. Walaupun kurikulum tersebut harus murah, sederhana,
dan murah tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan. Keberhasilan
pelaksanaan kurikulum ini baik secara kuantitas maupun kualitas. Pengembangan
suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran dari
perencanaan pendidikan. Perencanaan di bidang pendidikan juga merupkan
penjabaran dari perencanaan pendidikan. Perencanaan di bidang pendidikan juga
merupakan bagian yang dijabarkan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah di
bidang pendidikan. Keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan
pendidikan.
Kurikulum pada dasarnya berintikan empat aspek
utama yaitu: tujuan-tujuan pendidikan, isi pendidikan, pengalaman belajar, dan
penilaian. Interelasi antara keempat
aspek-aspek tersebut dengan kebijaksanaan pendidikan perlu selalu mendapat
perhatian dalam pengembangan kurikulum.
2.
Prinsip-prinsip khusus
Ada beberapa prinsip-prinsip khusus dalam pengembangan
kurikulum. Prinsip-prinsip ini berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi
pengalaman belajar dan penilaian.
Prinsip
berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan
pendidikan. Perumusan komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan mencangkup tujuan yang bersifat umum atau
berjangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek (tujuan khusus). Perumusan
tujuan pendidikan bersumber pada :
1.
Ketentuan dan
kebijaksanaan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga
Negara mengenai tujuan, dan strategi pembangunan termasuk didalamnya pendidikan
2.
Survey mengenai
persepsi orang tua/masyarakat tentang kebutuhan mereka yang dikirimkan melalui
angket atau wawancara dengan mereka:
3.
Survey tentang
pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, dihimpun melalui angket,
wawancara, observasi dari berbagai media massa
4.
Survey tentang
manpower
5.
Pengalaman-pengalaman
Negara lain dalam masalah yang sama
6.
Penelitian
Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
Memilih isi pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan pendidikan yang telah ditentukan para perencana
kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal,
1.
Perlu penjabaran
tujuan pendidikan/pengajaran kedalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus
dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil belajar di rumuskan semakin
sulit menciptakan pengalaman belajar.
2.
Isi bahan
pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap dan keterampilan.
3.
Unti-unit
kurikulum harus disusun dalam urutan logis dan sistematis. Ketiga ranah
belajar, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan diberikan secara simultan
dalam urutan situasi belajar. Untuk hal tersebut diperlukan buku pedoman guru
yang memberikan penjelasan tentang organisasi bahan dan alat pengajaran secara
lebih mendetail.
Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar
mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan hendaknya memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1.
Apakah
metode/teknik belajar-mengajar yang cock digunakan cocok untuk mengajarkan
pelajaran?
2.
Apakah metode
dan teknik tersebut memberikan kegiatan yangt bervariasi sehingga dapat
melayani perbedaan individual siswa?
3.
Apakah metode
atau teknik tersebut memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat?
4.
Apakah metode
atau teknik tersebu dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif,
efektif dan psikomotor?
5.
Apakah metode
dan teknik tersebut lebih mengaktifkan siswa atau mengaktifkan guru atau
keduanya?
6.
Apakah metode
dan teknik tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru?
7.
Apakah metode
dan teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan
dirumah, juga mendorong penggunaan sumber yang ada dirumah dan dimasyarakat?
8.
Untuk belajar
keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang menekankan “learning
doing” disamping “learning by seeing and Knowing”
Prinsip berkenaan dengan pemilihan media alat
pengajaran
Proses belajar mengajar yang baik perlu didukung oleh penggunaan media
dan alat bantu pengajaran yang tepat.
1.
Alat/media
pengajaran yang diperlukan . apakah semuanya sudah tersedia? Bila alat tesebut
tidak ada apa penggantinya?
2.
Kalau ada alat
yang dibuat , hendaknya memperhatikan bagaiman pembuatannya, siapa yang
membuat, pembiayaan dan waktu pembuatan?
Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian
Penilaian
merupakan bagian integral dari pengajaran:
1.
Dalam penyusunan
alat penialaian (test) hendaknya diikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Rumuskan
tujuan pendidikan yang umu, dalam ranah-ranah kognitif, afektif dan
psikomotorif. Uraikan kedalam bentuk tingkah laku murid. Hubungkan dengan bahan
pelajaran. Tuliskan butir-butir test.
2.
Dalam
merencanakan waktu penilaian, hendaknya diperhatikan beberapa hal:
Bagaimana
kelas usia dan tingkat kemampuan kelompok yang akan di test.
Berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan test?
Berapa
banyak butir test yang perlu disusun?
3.
Dalam
pengelolaan hasil penelitian hendaknya memperhatikan hal berikut
Norma apa
yang digunakan dalam pengelolaaan test tersebut?
Apakah
dipergunakan formula quesing?
Bagaiman
pengelolaan skor kedalam skor masak?
Skor
standar apa yang digunakan?
Untuk
apakah hasil test-test yang digunakan?
B.
Pengembangan
Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi,
yaitu administrator, ahli pendidikan, ahli kurikulum, dsb. Namun, dari
pihak-pihak tersebut yang secara terus menerus turut tearlibat dalam
pengembangan kurikulum adalah administrator,
guru dan orang tua.
1. Peranan
administrator pendidikan
Para administrator pendidikan ini terdiri atas direktur bidang
pendidikan, pusat pengembangan kurikulum
kepala kantor wilayah.peranan Administrator di tingkat pusat dalam
pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hokum, menyusun kerangka dan
serta program inti kurikulum. Kerangka dasar dan program int tersebut akan menentukan
minimum corse yang dituntut.
Administrator local harus bekerja sama dengan kepala sekolah dan guru
dalam pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Menkomonikasikan sistem pendidikan kepada
masyarakat, serta mendorong pelaksanaan kurikuum oleg guru-guru di kelas.
Peranan kepla sekolah lebih bnyak berkenanaan dengan implementasi kurikulum di
sekolahnya. Kepala sekolah juga mempunyai peranan kunci dalam menciptakan
kondisi dalam pengembangan kurikulum di sekolahnya. Ia merupakan figusr kunci
di sekolah, kepemimpinan kepala sekolah sangat mempengaruhi susasana sekolah
dan pengembangan kurikulum.
2. Peranan para ahli
Pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan
atas perunahan tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi
oleh perkembangan konsep-konsep dalam ilmu. Oleh karena itu, pengembangan
kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahl, baik ahli pendidikan, ahli
kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin ilmu.
Mengacu
pada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditetapkan pemerintah, baik kebijkasanaan
pengembangan secara umum maupun pembangunna pendidikan, perkembangan tuntutan
masyarakat, dan masukan masukan dari pelaksanaan pendidikan dan kurikulum yang
sedang berjalan, para ahli pendidikan dan kurikulum memberikan alternative
konsep pendidikan model kurikulum tang dipandang paling sesuai dengan keadaaan
dan tuntutan di atas, pengembangaan kurikulum bukan hanya sekedar memilih dan
menyususan bahan pelejaran dan dan metode mengajar, tapi menyangkut penentuan arah
dan orientasi pendidikan, pemilihan system dan model kurikulum, baik model
konsep, model desain, model pembelajaran, model media, model pengelolaan,
maupun model model evaluasinya, serta berbagai perangkat dan pedoman
pembelajaran serta pedoman implementasi daro model-model tersebut.
Partisipasi
para ahli pendidikan dan ahli kurikulum terutama sangat dibutuhkan dalam
pengembanagn kurikulum pada tingakat pusat. Dalam pengembangna kurikulum pada
tingakat pusat. Apabila pengembangan kurikulum sudah banyak dilakukan pada
tingkat daerah atau local, maka partisipasi mereka pada tingkat pusat belum
tentu dapat dengan mudah dipahami oleh para pengembang dan pelaksana kurikulum
di daerah.
Pengembangan
kurikulum juga membutuhkan partisipasi para ahli bidang studi / bidang ilmu
yang juga mempunyai wawasan tentang pendidikan serta perkembangan tutntutan
masyarakat. Sumbangan mereka dalam memiliki bidang ilmu, yang mutakhir dan
sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat sangat diperlukan. Mereka juga
sangat diharapkan partisipasinya dalam menyusun materi ajaran dalam sekuens
yang sesuai dengan struktur keilmuan tetapi sangat memudahkan para siswa untuk
mempelajarinya.
3. Peranan guru
Guru memegang peranan yang cukup penting baik
didalam perencaaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencanan,
pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasny.
Sekalipun
ia tidak mencetuskan sendiri konsep – konsep tentang kurikulum, guru merupakan
penerjemah kurikulum yang datang dari atas. Dialah yang mengolah, meramu kembali
kurikulum dari pusat untuk disajikan dikelasnya. Karena guru juga merupakan
barisan pengembang kurikulum yang terdepan maka guru pulalah yang selalu
melakukan evaluasi dan penyempurnaan terhadap kurikulum.
Peranan
guru bukan hanya menilai prilaku dan prestasi belajar murid – murid dalam
kelas, tetapi juga menilai implementasi kurikulum dalam lingkup yang lebih
luas. Hasil – hasil penilaian demikian akan sangat membantu pengembangan
kurikulum, untuk memahami hambatan – hambatan dalam implementasi kurikulum dan
juga dapat membantu mencari cara untuk mengoptimalakan kegiatan guru.
Guru
juga bukan hanya berperan sebagai guru didalam kelas, ia juga seorang
komunikator, pendorong kegiatan belajar, pengembang alat – alat belajar,
pencoba, penyusunan organisasi, manejer system pengajaran, pembimbimng baik
disekolah maupun di masyarakat dalam hubungannya dalam pelaksaan pendidikan
seumur hidup.
Guru
juga berperan pelajar dalam masyarakatnya, sebab ia harus selalu belajar
struktur sosial masyarakat, nilai – nilai utama masyarakat , pola –pola tingkah
laku dalam masyarakat. Hal – hal diatas diperlukan untuk mempersiapkan guru
dalam berbagai situasi dan kegiatan pendidikan.
Sebagai
pelaksanaan kurikulum maka guru pulalah yang menciptakan kegiatan belajar mengajar
bagi murid – muridnya. Berkat keahlian, keterampilan dan kemampuan seninya
dalam mengajar, guru mampu menciptakan situasi belejat yang aktif yang
menggairahkan yang penuh dengan kesungguhan dan mampu mendorong kreatifitas
anak.
4. Peranan orang tua murid
Orang tua juga mempunyai peranan dalam
pengembangan kurikulum. Peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal : pertama
dalam penyusunan kurikulum dan kedua dalam pelaksaan kurikulum. Dalam
penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta , hanya
terbatas kepada beberapa orang saja, dan cukup waktu dan mempunyai latar
belakang yang memadai. Peranan orang tua lebih besar dalam pelaksanaan
kurikulum., dalam pelaksaan kurikulum diperlukan kerjasama yang sangat erat
antara guru atau sekolah dengan para orang tua murid. Sebagian kegiatan belajar
yang dituntut kurikulum dilaksanakan dirumah, dan orang tua sewajarnya
mengikuti dan mengamati kegiatan belajar anaknya dirumah. Orang tua juga secara
berkala menerima laporan kemajuan anak- anaknya dari sekolah berupa rapor dan
sebagainya. Rapor juga merupakan sebagai alat komunikasi tentang program atau
kegiatan pendidikan yang dilaksanakan disekolah. Orang tua juga dapat turut
berpartisi dalam kegiatan disekolah melalui berbagai kegiatan seperti diskusi,
lokakarya, seminar, pertemuan orang tua guru, pameran sekolah, dan sebagainya.
Melalui
mepngamatan dalam kegiatan belajar dirumah, laporan sekolah, partisipasi dalam
kegiatan sekolah orang tua dapat turur serta dalam pengembangan kurikulum terutama
dalam bentuk pelakasanaan kegiatan belajar yang sewajarnya, niat yang penuh,
usaha yang sungguh 0 sungguh, penyelesaian tugas – tugas serta partisipasi
dalam setiap kegiatan disekolah. Kegiatan – kegiatan tersebut akan memberikan
umpan balik dalam penyempurnaan kurikulum.
C. Faktor – factor yang mempengaruhi
pengembangan kurikulum
Sekolah mendapat pengaruh dari kekuatan –
kekuatan yang ada dalam masyarakat, terutama dari perguruan tinggi dan
masyarakat.
1.
Perguruan tinggi
Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari
perguruan tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dikembangkan di perguruan tinggi umum,. Kedua, dari penegembangan ilmu
pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru – guru di perguruan tinggi
keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). Telah diuraikan terdahulu
bahwa pengetahuan dan teknologi banyak memberikan sumbangan dan isi kurikulum
serta proses pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di perguruan
tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum.
Perkembangan teknologi selain menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan
alat bantu dan media pendidikan
Kurikulum lembaga pendidikan tenaga
kependidikan juga mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui
pengusaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru – guru yang dihasilkannya.
Penguasaan ilmu, baik ilmu pendidikan maupun bidang studi serta kemampuan
mengajar dari guru – guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan
implementasi kurikulum disekolah. Guru – guru yang mengajar pada berbagai
jenjang dan jenis sekolah yang ada dewasa ini, umumnya disiapkan oleh LPTK
(IKIP, FKIP, STKIP) melalui berbagai program, yaitu program D2, D3, dan S1.
Pada sekolah dasar masih banyak guru berlatar belakang pendidikan SPG dan SGO,
tetapi secara berangsur – angsur mereka akan mengikuti program penyetaraan D2.
2.
Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan
mempersiapkan anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian dan agen dari
masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di mana
sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat
memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Masyarakat yang ada
di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat homogen atau heterogen.
Masyarakat kota atau desa, petani, pedagang atau pegawai, dan sebagainya.
Sekolah harus melayani aspirasi – aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu
kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha. Perkembangan dunia usaha
yang ada di masyarakat mempengaruhi perkembangan kurikulum sebab sekolah bukan
hanya mempersiapkan anak untuk hiudp, tetapi juga untuk bekerja dan berusaha.
Jenis pekerjaan dan perusahaan yang ada di masyarakat menuntut persiapannya di
sekolah.
3.
Sistem nilai
Dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem
nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis.
Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertanggung jawab dalam pemeliharaan
dan penerusan nilai – nilai. Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan
tersebut harus terintegrasi dalam kurikulum. Masalah utama yang dihadapi para
pengembang kurikulum menghadapi nilai ini adalah, bahwa dalam masyarakat nilai
itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya heterogen dan multiphase. Masyarakat
memiliki kelompok – kelompok etnis, kelompok vokasional, kelompok intelek,
kelompok sosial, spiritual dan sebagainya yang tiap kelompok sering memiliki
nilai yang berbeda. Dalam masyarakat juga terdapat aspek –aspek sosial,
ekonomi, politik, fisik, estetika, etika. Religious, dan sebagainya. Aspek –
aspek tersebut sering juga mengandung Nilai-niali yang
berbeda. Ada beberapa hal yang perlu di
perhatikan guru dalam mengajarkan nila: (1) guru hendaknya mengetahui
dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat, (2)guru hendaknya
berpegang pada prinsip demokrasi, etis, dan moral, (3) guru berusaha menjadikan
dirinya sebagai teladan yang patut di tiru, (4) guru menghargai nilai-nilai
kelompok lain, (5) memehami dan menerima keragaman kebudayaan sendiri.
D.
Artikulasi dan hambatan pengembangan kurikulum
Arti
kulasi dalam pendidikan pendidikan berarti ‘’kesatupaduan dan koordinasi segala
pengalaman belajar”, Untuk merealisasikan artikulasi kurikulum, perlu meneliti
kurikulum secara menyeluruh, membuang hal-hal yang tidak di perlukan,
menghilangkan duplikasi, merefisi metode serta isi pengajaran, mengusahakan
perluasan dan kesinambungan kurikulum. Bila artikulasi dilaksanakan dengan baik
akan terwujud kesenambungan pengalaman belajar sejak TK sampai perguruan tinggi
, juga antara satu sama bidang studi dengan bidang studi lainnya secara
horizontal. Tanpa arti kulasi akan terdapat keragaman baik dalam isi, metide
maupun perhatian terhadap perkembangan anak.
Untuk
menyusun artikulasi kurikulum diperlukan kerja sama dari berbagai pihak : para
administrator, kepala sekolah, TK sampai rektor unversitas, guru-guru dari
setiap jenjang pendidikan,orang tua murid dan toko-toko masyarakat. Dalam
mengusahakan artikulasi kurikulum tersebut muridpun perlu dimintakan
pendapatnya tentang hubungan pelajaran yang satu dengan yang lainnya, hubungan
antara satu tingkat dengan tingkat berikutnya. Salah satu hal yang sering
dipandang menghambat artikulsi adalah pembagian menurut tingkat belajarnya. Hal
itu menyebabkan tersusunnya organisasi mata pelajaran yang kaku. Untuk menjamin
kesinambungan pengalaman belajar beberapa sekolah menggunakan sistem pendidikan
tidak berkelas.
Hambatan-Hambatan
pengenbangan kurikulum
Dalam
pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan. Hambatan pertama trletak
pada guru. Guru kurang berpartisipasi dalam ppengembangan kurikulum. Hal itu
disebabkan beberapa hal. Pertama kurang waktu. Kedua kekuranga sesuaian
pendapat, baik antara sesama guru maupun dengan kepala sekolah dan
administrator. Ketiga karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri.
Hambatan
lain datang dari masyarakat. Untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan
masyarakat baik dalam pembiayaan mauoun dalam memberikan umpan balik terhadap
sisitem pendidikan atau kurikulum yang sedang berjalan. Masyarakat adalah
sumber input dari sekolah. Keberhasilan
pendidikan, ketepatan kurikulum yang digunakan membutuhkan bantuan, serta input
fakta dan pemikiran dari masyarakat.
Hambatan
lain yang di hadapi oleh pengembang kurikulum
adalah masalah biaya. Untuk pengembangan kurikulum, apalagi yang
berbentuk kegiatan eksperimen baik metode,isi atau sistem secara keseluruhan
membutuhkan biaya yang sering tidak sedikit.
E.
Model-model pengembangan kurikulum
Banyak
model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model
pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan
kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi
juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sisitem pengelolaan pendidikan
yang di anut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Model
pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya
sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi. Model pengembangan dalam
kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan kurikulum humanistik,
teknologis dan rekonstruksi sosial.
Sekurang-kurangnya
di kenal delapan model pengembangan kurikulum, yaitu : The administrative (line
slaff) model, the grass roots model, beauchamp’s system, the demonstration model,
taba’s inverted model, roger’s interpersonal relations model, the systematic
action research model dan emerging technical model.
1. the administrative
model
Model
pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak
dikenal. Diberi nama model
administrative atau line staff karena inisiatif dan gagasan pengembangan datang
dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi.
Dengan wewenang administrasinya, administrator pendidikan (apakah Dirjen,
direktur atau kepala kantor wilayah pendidikan dan kebudayaan) membentuk suatu
komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum. Anggota-anggota komisi atau
tim ini terdiri atas, pejabat dibawahnya,para ahli pendidikan, ahli kurikulum ,
ahli disiplin ilmu, dan para tokoh dari
dunia kerja dan perusahaan. Tugas tim atau komisi ini adalah merumuskan
konsep-konsep dasa, landasan-landasan, kebijaksanaan, dan strategi utama dalam
pengembangan kurikulum. Setelah hal-hal yang mendasar ini terumuskan dan
mendapatkan pengkajian yang saksama, administrator pendidikan menyusun tim atau
komisi kerja pengembangan kurikulum. Para anggota tim atau komisi ini terdiri
atas para ahli pendidikan atau kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan
tinggi, guru-guru bidang studi yang senior. Tim kerja pengembangan kurikulum
bertugas menyusun kurikulum yang sesungguhnya yang lebih operasional, dijabarkan dari konsep-konsep dan
kebijaksanaan dasar yang telah di gariskan oleh tim pengarah. Tugas tim kerja
ini merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan-tujuan yang
lebih umum, memilih dan menyusun sekuens bahan pelajaran, memilih strategi
pengajaran dan evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum
tersebut bagi guru-guru.
Setelah
semua tugas dari tim kerja pengembangan kurikulum tersebut selesai hasilnya
dikaji ulang oleh tim pengarah serta para ahli lain yang berwenang atau pejabat
yang kompeten. Setelah mendapatkan beberapa penyempurnaan, dan dinilai telah
cukup baik, administrator pemberi tugas menetapkan berlakunya kurikulum
tersebut serta memerintahkan sekolah-sekolah untuk melaksanakan kurikulum
tersebut. Karena sifatnya yang datang dari atas, modal pengembangan kurikulum
demkian disebut juga model “top dwon” atau “line staff”. Pengembangan kurikulum
dari atas, tdk selalu segera berjalan, sebab menuntut kesiapan dari
pelaksanaanya, terutama guru-guru. Mereka perlu mendapatkan petunjuk-petunjuk
dan penjelasan atau mungkin juga peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
Kebutuhan akan adanya penataran sering tidak dapat di hindarkan.
Dalam
pelaksanaan kurikulum tersebut, selama tahun-tahun permulaan diperlukan pula
adanya kegiatan monitoring, pengamatan dan pengawasan serta bimbingan dalam
pelaksanaannya. Setelah berjalan beberapa saat perlu juga dilakukan suatu evaluasi,
untuk menialai baik, validitas komponen-komponennya, prosedur pelaksanaan
maupun keberhasilannya. Penilaian menyeluruh dapat dilakukan oleh tim khusus
dari tingkat pusat atau daerah. Sedangkan penilaian persekolah dapt dilakukan
oleh tim khusus sekolah yang bersangkutan. Hasil penilaian tersebut meruoakan
umpan balik, baik bagi instansi pendidikan ditingkat pusat, daerah, maupun
sekolah.
2. the grass roots
model.
Model
pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya
pengembangan kkurikulum, buan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu
guru-guru atau sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama, digunakan
dalam sistem pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi,
sedangkan model grass roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang
bersifat desentralisasi. Dalam model pengembangan yang bersifat grass roots
seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan
upaya pengembangan kurikulum. Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat
berkenaan dengan suatu komponen kurikulum satu atau beberapa bidang studi
ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum. Apabila kondisinya
telah memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan guru-guru, fasilitas, biaya
maupun bahan-bahan kepustakaan, pengembangan kurikulum model grass roots, akan
lebih baik. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahw guru adalah perencana,
pelaksana, dan juga penyempurnaan dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang
paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompoten menyusun kurikulum bagi
kelasnya. Hal itu sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang
dikemukakan oleh smith, stanley dan shores (1957:429) ;
1. The
curriculum will improve 0nly as the professional compotence of teacher improves
2. The
compotence of teachers will be inproved only as the teachers become involved
personally in the problems of curriculum revision
3. If
teachers share in shaping the goals to be attained, in selecting, defining, and
solving the problems to be encountered,
and in judging and evaluating the rusults, their involvement will be most
nearly assured.
4. As
people meet in face-to-face groups they will be able to understand one another
better and to reach a consensus on basic principles, goals, and plans (smith,
stanley, and shorer 1957:429)
Pengembangan
kurikulum yang bersifat grass roots, mungkinhanya berlaku untuk bidang studi
tertentu atau sekolah tertentu, tetapi mungkin dapat digunakan untuk bidang
studi sejenis pada sekolah lain, atau keseluruhan bidang studi pada sekolah
atau daerah lain. Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi dengan
model grass rootsnya. Memungkinkan terjadinya kompetisi di dalam meningkatkan
mutu dan sistem pendidikan, yang lebih mandiri dan kreatif.
3.
beauchamp’s system
Model
pengembangan kurikulum ini, dikembangkan oleh beauchamp seorang ahli kurikulum.
Beauchamp mengemukakan lima hal di dalam pengembangan suatu kurikulum.
Pertama,
menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan di cakup oleh kurikulum
tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi ataupun seluruh
negara. Pentahapan arena ini di tentukan oleh wewenang. Yang dimiliki oleh pengambil kebijaksanaan dalam
pengembangan kurikulum, serta oleh tujuan pengembangan kurikulum. Walaupun
daerah yang menjadi wewenang kepala kanwil pendidikan dan kebudayaan mencakup
suatu wilayah propinsi, tetapi arena pengembangan kurikulum hanya mencakup
suatu daerah kabupaten saja sebagai pilot proyek
Kedua,
menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang ikutserta terlibat dalam
pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi
dalam kurikulum yaitu; (1) para ahli
pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan para ahli
bidang iljmu dari luar, (2) para ahli
pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih, (3) para
profesional dalam sistem pendidikan, (4) profesional lain dan tokoh-tokoh
masyarakat
Beauchamp
mencoba melibatkan para ahli dan tokoh-tokoh pendidikan seluas mungkin, yang
biasanya pengaruh mereka kurang langsung terhadap pengembangan kurikulum,
dibanding dengan tokoh-tokoh lain seperti, para penulis dan penerbit buku, para
pejabat pemerintah, politikus, dan pengusaha serta industriawan. Penetapan
personalia ini sudah tentu disesuaikan dengan tingkat dan luas wilayah arena.
untuk tingkat propinsi atau nasional tidak terlalu banyak melibatkan guru.
Sebaliknya untuk tingkat kabupaten, kecamatan atau sekolah keterlibatan
guru-guru semakin besar. Mengenai keterlibatan kelompok-kelompok keterlibatan
personalia ini, beuchamp mengemukakan tiga pertanyaan ; (1) haruskah kelompok
ahli /pejabat/profesi tersebut dilibatkan dalam pengembangan kurikulum?,
(2) bila ia, apakah penerapan mereka?, (3) apakah mungkin
ditemukan alat atau cara yang paling efektif untuk melaksanakan peran
tersebut?.
Ketiga, organisasi dan prosedur
pengembangan kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan
umun dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pegalaman belajar, serta
kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum. Beauchamp
membagi seluruh kegiatan ini dalam lima langkah, yaitu; (1) membentuk tim
pengembang kurikulum, (2) mengadakan
penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang ada dan sedang digunaka, (3)
studi penjajagan tentag kemungkinan penyusunan kurikulum baru, (4) merumuskan
kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru, (5) penyusunan dan penulisan
kurikulum baru.
Keempat,
implementasi kurikulum. Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan atau
melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan
kesiapan yang menyeluruh, baik kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas, bahan
maupun biaya, disamping kesiapan manajerial dari pimpinan sekolah atau administrasi setempat.
Langkah
yang kelima dan merupakan langkah yang terakhir adalah evaluasi kurikulum.
Lagkah ini minimal mencakup empat hal, yaitu; (1) evaluasi tentang pelaksanaan
kurikulum oleh guru-guru, (2) evaluasi
desain kurikulum, (3) evaluasi hasil belajar siswa, (4) evaluasi dari sistem
keseluruhan kurikulum. Data yang diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi ini
dignakan bagi penyempurnaan sistem dan desain kurikulum serta primsip-dan
sistem pelaksanaannya.
4.
the Demonstrasion Model
Model
demonstrasi pada dasarnya bersifat grass roots, datng dari bawah. model ini
diprakarsai oleh sekelompok guru bekerjasama dengan ahli mengadakan perbaikan
kurikulum. Model ini umumnya berskala kecil, hanya mencakup suatu atau beberapa
sekolah, suatut komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen
kurikulum. Karena sifatnya ingin mengubah atau mengganti kurikulum yang ada,
pengembagan kurikulum sering mendapat tantangan dari pihak-pihak tertentu.
Menurut
smith, stanley, dan Shores ada dua variasi
model demontrasi ini. Pertama, sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa
sekolah ditunjuk untuk melaksanakan suatu percobaan tentang pengembangan
kurikulum. Proyek ini bertujuan untuk mengadakan penelitian dan pengembangan
tentang salah satu atau beberapa segi/komponen kurikulum. Hasil penelitian dan
pengembangan ini diharapkan dapat digunakan bagi lingkungan yang lebih luas.
Kegiatan penelitian dan pengembangan ini biasanya diprakarsai dan di organisasi
oleh instansi pendidikan yang berwenang sperti; direktorat pendidikan, pusat
pengembangan kurikulum. Kantor wilayah pendidikan dan kebudayaan, dan
sebagainya.
Bentuk
yang kedua, kurang bersifat formal. Beberapa orang guru yang kurang meraa puas
dengan kurikulum yang ada, mencoba mengadakan penelitian dan pengembangan sendiri. Mereka menggunakan
hal-hal lain yang berbada dengan yang berlaku. Dengan kegiatan ini mereka
mengharapkan ditemukan kurikulum atau aspek tertentu dari kurikulum yang lebih
baik, untuk kemudian digunakan di daerah yang lebih luas
Ada
beberapa kebaikan dalam pengembagan kuriklum dengan model demonstarasi ini.
Pertama; karena kurikulum disusun dan dilaksanakan di dalam situasi tertentu
yang nyata, maka akan dihasilkan suatu kurikulum atau aspek tertentu dari
kurikulum yang lebih praktis. Kedua, perubahan atau penyenpurnaan kurikulum
dalam skala kecil atau aspek tertentu yang khusus, sedikit sekali untuk ditolak
oleh administarsi, dibandingkan dengan perubahan dan penyempurnaan yang
menyeluruh. Ketiga, pengembangan kurikulum dalam skala kecil dengan model
demonstasi dapat menembus hambatan yang sering dialami yaitu dokumentasinya ada
tetapi pelaksanaannya tidak ada. Keempat, model ini sifatnya yang grass roots menempatkan guru sebagai pengambil
inisiatif dan nara sumber yang dapat
menjadi pendorong bagi para administrator untuk mengembangkan program baru.
5. Taba’s
interved model
Menurut cara yang bersifat tradisional pengembangan
kurikulum dilakukan secara deduktif dengan urutan:
a.
Penentuan
prinsip-prinsip dan kebijaksanaan dasar
b.
Merumuskan
desain kurikulum yang bersifat menyeluruh didasarkan atas komitmen tertentu
c.
Menyusun
unit-unit kurikulum sejalan dengan desain yang menyeluruh
d.
Melaksanakan
kurikulum didalam kelas
Taba berpendapat model deduktif ini kurang cocok, sebab tidak meransang
timbulnya inovasi-inovasi. Ada 5 pengembangan kurikulum menurut model taba ini
a.
Mengadakan unit
eksperimen bersama guru
b.
Menguji unit
eksperimen
c.
Mengadakan
revisi dan konsolidasi
d.
Pengembangan
keseluruhan kerangka kurikulum
e.
Implementasi dan
desiminasi
6.
Rogers
interpersonal relation models
Ada 4 langka pengembangan kurikulum model rogers. Pertama: pemilihan target dari system
pendidikan. di dalam penentuan target ini satu satunya criteria yang
menjadi pagangan adalah adanya kesediaan dari pejabat pendidikan untuk turut
serta dalam kegiatan kelompok yang intensif. Selama satu minggu para pejabat
pendidikan/administrator melakukan kegiatan
kelompok dalam suasana yang relaks, tidak formal. Melalui kegiatan kelompok ini
mereka akan mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut.
1. He
is less protective of his own beliefs
and can listen more accurately.
2. He
finds it easier and less threatening to accept innovative ideas.
3. He
has less need to protect bureaucratic rules.
4. He
communicates more clearly and realistically to superiors, peers, and
sub-ordinates because he is more open and less self-protective.
5. He
is more person oriented and democratic.
6. He
openly confronts personal emotional frictions between him self and colleagues.
7. He
is more able to accept both positive and negative feeback and use it
constructive(Rogers, 1967:722).
Bahasa Indonesia
1. Dia kurang protektif keyakinan
sendiri dan dapat mendengarkan lebih akurat.
2. Dia menemukan lebih mudah dan kurang
mengancam untuk menerima ide-ide inovatif.
3. Dia memiliki sedikit kebutuhan untuk
melindungi aturan birokrasi.
4. Dia berkomunikasi lebih jelas dan
realistis kepada atasan, rekan-rekan, dan sub-koordinat karena dia lebih
terbuka dan kurang melindungi diri.
5. Dia lebih orang berorientasi dan
demokratis.
6. Dia secara terbuka menghadapi friksi
emosional pribadi antara nya dan rekan.
7. Dia lebih mampu menerima baik
feeback positif dan negatif dan menggunakannya konstruktif (Rogers, 1967: 722).
Langkah
kedua dalam pengembangan kurikulum model Rogers adalah partisipasi guru dalam
pengalaman kelompok yang intensif. Sama seperti yang dilakukan para pejabat
pendidikan, guru juga turut serta dalam kegiatan kelompok. Keikutsertaan guru dalam kelompok tersebut
sebaiknya bersifat suka rela, lama kegiatan kalu bisa satu minggu lebih, tetapi
dapat juga kurang dari seminggu. Efek yang akan diterima guru-guru sejalan
dengan para administrator, dengan beberapa tambahan.
1. He
is more able to listen to students.
2. He
accepts innovative, troublesome ideas from students, rather than insisting on
conformity
3. He
pays as much attention to his relationships with students as he does to course
content.
4. He
works out promlems with students rather than responding in a disciplinary and
punitive manner.
5. He
developed an egalitarian and democratic classroom climate(Roger, 1967: 724)
Bahasa
Indonesia
1. Dia lebih
mampu mendengarkan siswa.
2. Dia menerima
inovatif, ide-ide merepotkan dari siswa,
bukan bersikeras kesesuaian
3. Dia membayar
banyak perhatian untuk hubungan dengan siswa
seperti yang dilakukannya hingga
substansi.
4. Dia bekerja
keluar promlems dengan
siswa daripada menanggapi dengan
cara yang disiplin dan hukuman.
5. Dia mengembangkan iklim kelas
ekualitarian dan democtaric
(Roger, 1967: 724)
Langkah
ketiga, pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau
unit pelajaran. Selama lima hari penuh siswa ikut serta dalam kegiatan
kelompok, dengan fasilitator para guru atau administrator atau fsilitator dari
luar. Dari kegiatan ini para siswa akan mendapatkan:
1. He
feels freer to express both positive and negative feelings in class.
2. He
works through these feelings toward a realistic solution.
3. He
has more energy for learning because he has less fear of constant evaluation
and punishment.
4. He
discovers that he is responsible for his own learning.
5. He
awe and fear of authority diminish as he finds teachers and administrators to
be fallible human beings
6. He
finds that the learning process enables him to deal with his life (Rogers,
1967:725).
Bahasa Indonesia
1. Dia merasa
lebih bebas untuk mengekspresikan perasaan positif dan ngative di kelas.
2. Ia bekerja
melalui perasaan ini menuju
solusi yang realistis.
3. Ia memiliki
lebih banyak energi untuk belajar
karena ia memiliki kurang takut evaluasi konstan
dan hukuman.
4. Ia menemukan
bahwa ia bertanggung jawab untuk belajar sendiri.
5. Dia kagum dan takut otoritas berkurang saat
ia menemukan guru dan administrator untuk menjadi manusia tidak
sempurna
6. Ia menemukan
bahwa proses pembelajaran memungkinkan
dia untuk menangani hidupnya
(Rogers, 1967: 725).
Langkah
keempat , partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok. Kegiatan ini dapat
dikordinasikan oleh BP3 masing-masing sekolah. Lama kegiatan kelompok dapat
tiga jam tiap sore hari selama seminggu atau 24 jam secara terus menerus.
Kegiatan ini bertujuan memperkaya orang-orang dalam hubungannya dengan sesama
orang tua, dengan anak, dan dengan guru. Rogers juga menyarankan, kalau mungkin
ada pengalaman kegiatan kelompok yang bersifat campuran. Kegiatan merupakan
kulminasi dari semua kegiatan kelompok di atas.
Model
pengembangan kurikulum dari Rogers ini berbeda dengan model-model lainnya.
Sepertinya tidak ada suatu perencanaan kurikulum tertulis, yang ada hanyalah
rangkaian kegiatan kelompok. Itulah cirri khas Carl Rogers sebagai seorang
Eksistensialis Humanis, ia tidak mementingkan formalitas, rancangan tertulis,
data, dan sebagainya. Bagi Rogers yang penting adalah aktivitas dan interaksi.
Berkat berbagai bentuk aktivitas dalam interaksi ini individu akan berubah.
Metode pendidikan yang diutamakan Rogers adalah sensitivity training, encounter
group dan Training Group (T Group).
7.
The
systematic action-research model
Model
kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan
perubahan social. Hal itu mencakup sutu proses yang melibatkan kepribadian
orang tua, siswa, guru, struktur system sekolah, pola hubungan pribadi dan
kelompok dari sekolah dan masyarakat. Sesuia dengan asumsi tersebut model ini
menekankan pada tiga hal yaitu: hubungan insani, sekolah dan organisasi
masyarakat, serta wibawa dari pengetahuan professional.
Kurikulum
dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat, para orang tua, tokoh
masyarakat,pengusaha, siswa, guru, dan lain-lain, mempunyai pandangan tentang
bagaimana pendidikan, bagaimana anak belajar, dan bagaiman peranan kurikulum
dalam dalam pendidikan dan pengajaran. Penyusunan kurikulum harus memasukkan
pandangan dan harapan-harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai
hal itu adalah denga prosedur action research.
Langkah
pertama, mengadakan kajian secara saksama tentang masalah-masalah kurikulum,
berupa pengumpulan data yang bersifat menyeluruh dan mengidentifikasi
faktor-faktor, kekuatan dan kondisi yang mempengaruhi masalah tersebut. Dari
hasil kajian tersebut dapat disusun rencana yang menyeluruh tentang
cara-cara mengatasi masalah tersebut,
serta tindakan pertama yang harus diambil.
Langkah
kedua, implementasi dari keputusan yang diambil dalam tindakan pertama.
Tindakan ini segera diikuti oleh kegiatan pengumpulan datadan fakta-fakta. Kegiatan
pengumpulan data ini mempunyai beberapa fungsi:
1. Menyiapkan
data bagi evaluasi tindakan
2. Sebagai
bahan pemahaman tentang masalah yang dihadapi
3. Sebagai
bahan untuk menilai kembali dan mengadakan modifikasi
4. Sebagai
bahan untuk menentukan tindakan lebih lanjut.
8. Emerging Technical
Models
Perkembangan
bidang teknologi dalam ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efisiensi efektivitas
dalam bisnis., juga mempengaruhi perkembangan model-model kurikulum. Tumbuh
kecendrungan-kecendrungan baru yang didasarkan atas hal itu, di antaranya:
1. The
behavioral analysis model
2. The
system analysis model
3. The
compute based model
The
Behavioral Analysis Model, menekankan penguasaan prilaku atau kemampuan. Suatu
perilaku/kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi perilaku-perilaku yang
sederhana yang tersusun secara hierarkis. Siswa mempelajari perilaku-perilaku
tersebut secara berangsur-ansur mulai dari yang sederhana menuju yang lebih
kompleks
The
System Analysis Model berasal dari gerakan efisiensi bisnis. Langkah pertama
dari model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus
dikuasai siswa. Langkah kedua adalah menyusun instrument untuk menilai
ketercapaiaan hasil-hassil belajar tersebut. Langkah ketiga, mengidentifikasi
tahap-tahap ketercapaiaan hasil serta perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah
keempat, membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan.
The
Computer Based Model, suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan
computer. Pengembangannya dimulai dengan mengidentifikasi seluruh unit-unit
kurikulum, tiap unit kurikulum telah memiliki rumusan tentang hasil-hasil yang
diharapkan. Kepada para siswa dan guru-guru diminta untuk melengkapi pertanyaan
tentang unit-unit kurikulum tersebut. Setelah diadakan pengolaan disesuaikan dengan kemapuan dan hasil-hasil belajar yang
dicapai siswa dalam computer.
F.
Buku Acuan
Hoover,
Kenneth H.(1982). The Professional Teacher’s Handbook. Boston:Allyn and Bacon,
Inc.
Tulisan
ini menyajikann suatu kerangka kerja dasar yang bersifat konseptual tentang
penggunaan metode mengajar yang didasarkan atas pendekatan inkuiri. Kerangka
kerja ini dapat digunakan oleh para instruktur, guru dan calon guru untuk
memahami, menganalisa dan mengaplikasikannya dalam dalam berbagai proses
pengajaran. Ada empat langkah cara dasar mengajar inkuiri yang didasarkan atas
konsep ini.
1. Pengembangan
konsep dasar yang merupakan landasan bagi pengajar
2. Menyatakan
konsep dalam bentuk pertanyaan yang bersifat terbuka untuk memancing sejumlah
kemungkinan pemecahan.
3. Pengembangan
dan evaluasi hipotesis atau pemecahan yang munngkin
4. Generalisasi
yang didasarkan atas kemungkinan pemecahan
Keempat
langkah tersebut dapat digunakan dalam
berbagai situasi: individu atau kelompok kecil, kelompok besar(seminar,
diskusi, debat, ceramah), metode yang bersifat afektif(role playing,
sosiometri, sosiodrama, simulasi, permainan, metode kasus).
Hans,
Glen(1980). Curriculum Planning, A New Approach. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Buku
ini merupakan kumpulan tulisan dari sekitar 50 orang ahli kurikulum. Meskipun
demikian pokok-pokok yang dibahas telah tersusun secara sistematis logis
sehingga membentuk satu kesatuan karya yang utuh, karena ditulis oleh begitu
banyak orang, buku ini boleh dikatakan komprehensif, walaupun disana sini ada
saja tumpang tindih, sehingga membentuk satu handbook yang lengkap. Buku ini
dapat menjadi pegangan bagi para pengajar, perencana dan pengembang kurikulum,
maupun para mahasiswa yang sedang mendalami kurikulum.
Keseluruhan
isi buku ini tersusun secara sistematis, dimulai dengan dasar-dasar dan
criteria kurikulum yang menyangkut konsep, factor-faktor social, perkembangan
individu, pengetahuan, belajar, dan criteria kurikulum. Selanjutnya juga
diuraikan kurikulum dalam berbagai jenjang dan jenis pendidikan, sekolah dasar,
sekolah menengah, pendidikan tinggi dan orang dewasa
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Prinsip
pengembangan kurikulum ada 2 yaitu prinsip khusus dan prinsip umum
2.
Pihak yang
terlibat dalam pengembangan kurikulum yaitu
·
Peranan para
administrator pendidikan
·
Peranan para
ahli
·
Peranan orangtua
murid
·
Peranan guru
3.
Factor yang
mempengaruhi penembangan kurikulum
·
Perguruan tinggi
·
Masyarakat
·
System nilai
4.
Hambatan
pengembangan kurikulum yaitu Hambatan pertama
trletak pada guru. Guru kurang berpartisipasi dalam ppengembangan kurikulum.
Hal itu disebabkan beberapa hal. Pertama kurang waktu. Kedua kekuranga sesuaian
pendapat, baik antara sesama guru maupun dengan kepala sekolah dan
administrator. Ketiga karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri
5.
Model pengembangan
kurikulum ada 5 model
B. Saran
Seharusnya dalam pengembangan kurikulum harus
betul-betul diperhatikan oleh pemerintah dan juga yang turut berperan dalam
pengembangan kurikulum
0 comments:
Post a Comment