Blogroll

Thursday 9 October 2014

Catatan Kajian Kurikulum



melakukan kegiatan kelompok dalam suasana yang relaks, tidak formal. Melalui kegiatan kelompok ini mereka akan mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut.
1.   He is less protective  of his own beliefs and can listen more accurately.
2.   He finds it easier and less threatening to accept innovative ideas.
3.   He has less need to protect bureaucratic rules.
4.   He communicates more clearly and realistically to superiors, peers, and sub-ordinates because he is more open and less self-protective.
5.   He is more person oriented and democratic.
6.   He openly confronts personal emotional frictions between him self and colleagues.
7.   He is more able to accept both positive and negative feeback and use it constructive(Rogers, 1967:722).
Bahasa Indonesia
1.   Dia kurang protektif keyakinan sendiri dan dapat mendengarkan lebih akurat.
2.   Dia menemukan lebih mudah dan kurang mengancam untuk menerima ide-ide inovatif.
3.   Dia memiliki sedikit kebutuhan untuk melindungi aturan birokrasi.
4.   Dia berkomunikasi lebih jelas dan realistis kepada atasan, rekan-rekan, dan sub-koordinat karena dia lebih terbuka dan kurang melindungi diri.
5.   Dia lebih orang berorientasi dan demokratis.
6.   Dia secara terbuka menghadapi friksi emosional pribadi antara nya dan rekan.
7.   Dia lebih mampu menerima baik feeback positif dan negatif dan menggunakannya konstruktif (Rogers, 1967: 722).

Langkah kedua dalam pengembangan kurikulum model Rogers adalah partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif. Sama seperti yang dilakukan para pejabat pendidikan, guru juga turut serta dalam kegiatan kelompok.  Keikutsertaan guru dalam kelompok tersebut sebaiknya bersifat suka rela, lama kegiatan kalu bisa satu minggu lebih, tetapi dapat juga kurang dari seminggu. Efek yang akan diterima guru-guru sejalan dengan para administrator, dengan beberapa tambahan.
1.   He is more able to listen to students.
2.   He accepts innovative, troublesome ideas from students, rather than insisting on conformity
3.   He pays as much attention to his relationships with students as he does to course content.
4.   He works out promlems with students rather than responding in a disciplinary and punitive manner.
5.   He developed an egalitarian and democratic classroom climate(Roger, 1967: 724)
Bahasa Indonesia
1.   Dia lebih mampu mendengarkan siswa.
2.   Dia menerima inovatif, ide-ide merepotkan dari siswa, bukan bersikeras kesesuaian
3.   Dia membayar banyak perhatian untuk hubungan dengan siswa seperti yang dilakukannya hingga substansi.
4.   Dia bekerja keluar promlems dengan siswa daripada menanggapi dengan cara yang disiplin dan hukuman.
5.   Dia mengembangkan iklim kelas ekualitarian dan democtaric (Roger, 1967: 724)
Langkah ketiga, pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran. Selama lima hari penuh siswa ikut serta dalam kegiatan kelompok, dengan fasilitator para guru atau administrator atau fsilitator dari luar. Dari kegiatan ini para siswa akan mendapatkan:
1.   He feels freer to express both positive and negative feelings in class.
2.   He works through these feelings toward a realistic solution.
3.   He has more energy for learning because he has less fear of constant evaluation and punishment.
4.   He discovers that he is responsible for his own learning.
5.   He awe and fear of authority diminish as he finds teachers and administrators to be fallible human beings
6.   He finds that the learning process enables him to deal with his life (Rogers, 1967:725).
Bahasa Indonesia
1.   Dia merasa lebih bebas untuk mengekspresikan perasaan positif dan ngative di kelas.
2.   Ia bekerja melalui perasaan ini menuju solusi yang realistis.
3.   Ia memiliki lebih banyak energi untuk belajar karena ia memiliki kurang takut evaluasi konstan dan hukuman.
4.   Ia menemukan bahwa ia bertanggung jawab untuk belajar sendiri.
5.   Dia kagum dan takut otoritas berkurang saat ia menemukan guru dan administrator untuk menjadi manusia tidak sempurna
6.   Ia menemukan bahwa proses pembelajaran memungkinkan dia untuk menangani hidupnya (Rogers, 1967: 725).
Langkah keempat , partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok. Kegiatan ini dapat dikordinasikan oleh BP3 masing-masing sekolah. Lama kegiatan kelompok dapat tiga jam tiap sore hari selama seminggu atau 24 jam secara terus menerus. Kegiatan ini bertujuan memperkaya orang-orang dalam hubungannya dengan sesama orang tua, dengan anak, dan dengan guru. Rogers juga menyarankan, kalau mungkin ada pengalaman kegiatan kelompok yang bersifat campuran. Kegiatan merupakan kulminasi dari semua kegiatan kelompok di atas.
Model pengembangan kurikulum dari Rogers ini berbeda dengan model-model lainnya. Sepertinya tidak ada suatu perencanaan kurikulum tertulis, yang ada hanyalah rangkaian kegiatan kelompok. Itulah cirri khas Carl Rogers sebagai seorang Eksistensialis Humanis, ia tidak mementingkan formalitas, rancangan tertulis, data, dan sebagainya. Bagi Rogers yang penting adalah aktivitas dan interaksi. Berkat berbagai bentuk aktivitas dalam interaksi ini individu akan berubah. Metode pendidikan yang diutamakan Rogers adalah sensitivity training, encounter group dan Training Group (T Group).


7.      The systematic action-research model
Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan social. Hal itu mencakup sutu proses yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa, guru, struktur system sekolah, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat. Sesuia dengan asumsi tersebut model ini menekankan pada tiga hal yaitu: hubungan insani, sekolah dan organisasi masyarakat, serta wibawa dari pengetahuan professional.
Kurikulum dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat, para orang tua, tokoh masyarakat,pengusaha, siswa, guru, dan lain-lain, mempunyai pandangan tentang bagaimana pendidikan, bagaimana anak belajar, dan bagaiman peranan kurikulum dalam dalam pendidikan dan pengajaran. Penyusunan kurikulum harus memasukkan pandangan dan harapan-harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu adalah denga prosedur action research.
Langkah pertama, mengadakan kajian secara saksama tentang masalah-masalah kurikulum, berupa pengumpulan data yang bersifat menyeluruh dan mengidentifikasi faktor-faktor, kekuatan dan kondisi yang mempengaruhi masalah tersebut. Dari hasil kajian tersebut dapat disusun rencana yang menyeluruh tentang cara-cara  mengatasi masalah tersebut, serta tindakan pertama yang harus diambil.
Langkah kedua, implementasi dari keputusan yang diambil dalam tindakan pertama. Tindakan ini segera diikuti oleh kegiatan pengumpulan datadan fakta-fakta. Kegiatan pengumpulan data ini mempunyai beberapa fungsi:
1.   Menyiapkan data bagi evaluasi tindakan
2.   Sebagai bahan pemahaman tentang masalah yang dihadapi
3.   Sebagai bahan untuk menilai kembali dan mengadakan modifikasi
4.   Sebagai bahan untuk menentukan tindakan lebih lanjut.

8.      Emerging Technical Models
Perkembangan bidang teknologi dalam ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efisiensi efektivitas dalam bisnis., juga mempengaruhi perkembangan model-model kurikulum. Tumbuh kecendrungan-kecendrungan baru yang didasarkan atas hal itu, di antaranya:
1.   The behavioral analysis model
2.   The system analysis model 
3.   The compute based model
The Behavioral Analysis Model, menekankan penguasaan prilaku atau kemampuan. Suatu perilaku/kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi perilaku-perilaku yang sederhana yang tersusun secara hierarkis. Siswa mempelajari perilaku-perilaku tersebut secara berangsur-ansur mulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks
The System Analysis Model berasal dari gerakan efisiensi bisnis. Langkah pertama dari model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah kedua adalah menyusun instrument untuk menilai ketercapaiaan hasil-hassil belajar tersebut. Langkah ketiga, mengidentifikasi tahap-tahap ketercapaiaan hasil serta perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah keempat, membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan.
The Computer Based Model, suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan computer. Pengembangannya dimulai dengan mengidentifikasi seluruh unit-unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah memiliki rumusan tentang hasil-hasil yang diharapkan. Kepada para siswa dan guru-guru diminta untuk melengkapi pertanyaan tentang unit-unit kurikulum tersebut. Setelah diadakan pengolaan disesuaikan  dengan kemapuan dan hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dalam computer.

F. Buku Acuan
Hoover, Kenneth H.(1982). The Professional Teacher’s Handbook. Boston:Allyn and Bacon, Inc.
Tulisan ini menyajikann suatu kerangka kerja dasar yang bersifat konseptual tentang penggunaan metode mengajar yang didasarkan atas pendekatan inkuiri. Kerangka kerja ini dapat digunakan oleh para instruktur, guru dan calon guru untuk memahami, menganalisa dan mengaplikasikannya dalam dalam berbagai proses pengajaran. Ada empat langkah cara dasar mengajar inkuiri yang didasarkan atas konsep ini.
1.   Pengembangan konsep dasar yang merupakan landasan bagi pengajar
2. Menyatakan konsep dalam bentuk pertanyaan yang bersifat terbuka untuk memancing sejumlah kemungkinan pemecahan.
3.   Pengembangan dan evaluasi hipotesis atau pemecahan yang munngkin
4.   Generalisasi yang didasarkan atas kemungkinan pemecahan
Keempat langkah tersebut dapat  digunakan dalam berbagai situasi: individu atau kelompok kecil, kelompok besar(seminar, diskusi, debat, ceramah), metode yang bersifat afektif(role playing, sosiometri, sosiodrama, simulasi, permainan, metode kasus).
Hans, Glen(1980). Curriculum Planning, A New Approach. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari sekitar 50 orang ahli kurikulum. Meskipun demikian pokok-pokok yangf dibahas telah tersusun secara sistematis logis sehingga membentuk satu kesatuan karya yang utuh, karena ditulis oleh begitu banyak orang, buku ini boleh dikatakan komprehensif, walaupun disana sini ada saja tumpang tindih, sehingga membentuk satu handbook yang lengkap. Buku ini dapat menjadi pegangan bagi para pengajar, perencana dan pengembang kurikulum, maupun para mahasiswa yang sedang mendalami kurikulum.
Keseluruhan isi buku ini tersusun secara sistematis, dimulai dengan dasar-dasar dan criteria kurikulum yang menyangkut konsep, factor-faktor social, perkembangan individu, pengetahuan, belajar, dan criteria kurikulum. Selanjutnya juga diuraikan kurikulum dalam berbagai jenjang dan jenis pendidikan, sekolah dasar, sekolah menengah, pendidikan tinggi dan orang dewasa.


http://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?ad_type=video&client=ca-games-pub-4968145218643279&videoad_start_delay=0&description_url=http%3A%2F%2Fwww.google.com&max_ad_duration=40000&adtest=on
Share:

0 comments:

Post a Comment

BTemplates.com

akhyar. Powered by Blogger.

Total Pageviews

Translate

BTemplates.com

Pages - Menu

Pages - Menu